.

Minggu, 30 Desember 2012

TASYRI’ MASA RASULULLAH SAW.


A. Pendahuluan
Sebelum agama Islam datang, keadaan bangsa Arab ketika itu sangatah jahil. Sampai-sampai mereka disebut kaum jahiliyyah atau kaum bodoh. Jahil di sini bukan dalam segi intelektual tapi dari segi akhlaq. Karena memang tingkah laku mereka yang amoral, seperti anak perempuan di kubur hidup-hidup karena mereka menganggap perempuan merupakan sesuatu hal yang naïf ataupun hina. Kemudian mereka membuat berhala sendiri yang akhirnya berhala tersebut mereka anggap Tuhan bagi mereka. Selain itu, belum adanya perundang-undangan yang mengatur kehidupan mereka. Keadaan mereka hampir sama dengan keadaan masyarakat Yunani sekitar abad ke V SM, yang pada awalnya masih belum mengenal filsafat, mereka hanya mempercayai hal-hal yang berbau mitos saja.
Memang sebelum agama Islam telah ada agama-agama lain yang mengajarkan bagaimana cara hidup yang baik tapi masih belum sempurna. Seperti kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Daud as., yaitu Kitab Zabur yang isinya hanya berupa nasehat-nasehat saja. Kemudian Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as., yang isinya sudah ada tentang syariat. Dan yang ketiga kitab Allah berupa Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa as., yang isinya hampir sama dengan kitab suci Taurat akan tetapi kitab injil ini sudah dimodifikasi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang mereka sebut dengan perjanjian baru. Baru pada malam 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW turunlah wahyu terakhir yaitu Al-Qur’an yang mana Al-Qur’an sebagai penyempurna kitab-kitab Allah sebelumnya, yang sebagian isinya ada tentang yuridis yang dapat membimbing umat manusia dalam mengarungi kehidupan di dunia ini dengan kekhasanaan.

B. Tasyri’ Pada Periode Makkah
Tasyri’ pada periode ini bertujuan kepada penyebaran ketauhidan, karena memang keadaan masyarakat yang masih jahiliyyah, masih menyembah patung yang mereka buat sendiri. Selain itu umat Islam ketika itu memang jumlahnya hanya segelintir orang.
Adapun ayat-ayat yang turun pada periode ini tidak bersifat amali melainkan menjurus kepada pemeliharaan aqidah dan moral, penolakan terhadap kesyirikan, serta sedikit sekali yang membahas masalah ibadah.
Penyampaian Al-qur’an pada periode ini memakan waktu selama 13 tahun yaitu dari 18 Ramadhan tahun 41 sampai dengan awal bulan Robbi’ul Awwal tahun 54 dari kelahiran beliau. Ayat-ayat Al-Qur’an pada masa ini disebut dengan Makkiyah. Secara global ayat-ayat Makkiyah pendek-pendek.

C. Tasyri’ Pada Periode Madinah
Semenjak hijrah Rasulullah SAW dari Makkah menuju Madinah selama kurang lebih 10 tahun perkembangan umat Islam sangatlah pesat sehingga perlunya dibuat tasyri’ yang mengatur tatanan kehidupan masyarakat baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Semacam tasyri’ dalam beribadah, bermu’amalah, jihad, pidana, waris, perkawinan, thalaq, sumpah, peradilan dan segala hal yang mencakup dalam ilmu fikih.
Kekuasaan hukum pada masa ini hanya disandarkan kepada Baginda Rasulullah SAW semata dengan pegangan wahyu dari Allah SWT yaitu Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah. Oleh karena itu pada periode ini umat Islam telah menjadi umat yang tangguh dalam segala hal terutama dalam tatanan kehidupannya yang penuh dengan syaria’t Islam. Tak lepas dari itu pula selain al-Qur’an dan Hadits bahwa diakui juga Rasulullah dan para sahabat telah berijtihad dalam sebagian hukum. Diantaranya: ketika dalam perang tabuk Nabi mengizinkan orang-orang yang udzur berjihad dari kalangan orang-orang munafik untuk tidak ikut perang. (Lihat ayat 42-43 surat at-Taubah).  
Ayat-ayat Al-Qur’an pada masa ini biasa disebut dengan ayat-ayat Madaniyah. Secara global ayat-ayat Madaniyah panjang-panjang, lalu di awal ayatnya kebanyakan diawali dengan kalimat “Yaa ayyuhalladzina aamanuu” (Wahai orang-orang yang beriman) dan yang diawali dengan kalimat “Yaa ayyuhaa an-naasu” (Wahai Manusia) di dalam ayat-ayat Madaniyah seperti di dalam surat: Al-Baqoroh 21, 168. An-Nisa’ 170, 174. Al-Hajj 1 dan Al-Hujurat 13.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar